dr. Achmad Fahmi, Sp.BS

Profil Dokter

Achmad Fahmi, Sp.BS (K), adalah salah satu anggota dari Surabaya Neuroscience Institute (SNeI). Dokter Fahmi lulus menjadi dokter spesialis bedah saraf pada tahun 2011 setelah dokter Fahmi menyelesaikan pendidikan spesialisnya di Universitas Airlangga Surabaya,

Achmad Fahmi, Sp.BS (K) memiliki sub spesialis divisi Functional dan dokter Fahmi fokus pada Parkinson and Movement Disorder setelah belajar Stereotactic and Functional Neurosurgery Fellowship di beberapa rumah sakit luar negeri seperti:

  • 1Tokyo Women’s Medical University (TWMU) di Tokyo, Japan pada tahun 2012
  • 2Academic Medish Centrum (AMC) di Amsterdam pada tahun 20014 dan juga ke beberapa negara seperti Australia, Taiwan, Thailand, Singapore, Jerman.

Karena ketekunan dokter Fahmi dalam belajar Parkinson dan kelainan gerak lainnya, dokter Fahmi menjadi satu – satunya dokter ahli parkinson di Indonesia dan mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI), sebagai dokter pertama yang melakukan operasi Deep Brain Stimulation (DBS) dan Pengembangan Stereotactic Brain Lesion untuk Parkinson dan Movement Disorder di Indonesia, April 2015. Selain itu dokter Fahmi juga mendapatkan penghargaan Young Surgeon Award : International College of Surgeon (ICS), 2018.

Achmad Fahmi, Sp.BS (K) dalam menangani parkinson disease, tremor dan distonia, dengan mengunakan teknik terbaru dan pembedahan minimal invasive yang sudah memiliki evidence base medicinelevel 1B yakni:

  • Prosedur Deep Brain Stimulation (DBS),

Yaitu dengan menanamkan elektroda ke bagian tertentu dari otak. Elektroda terhubung ke generator yang ditanam di dada dibawah kulit yang mengirimkan pulse elektrik ke otak untuk dapat mengurangi gejala parkinson. Deep Brain Stimulation (DBS) dapat menstabilkan fluktuasi obat (yang biasa disebut ON-OFF respon dari obat), mengurangi atau menghentikan gerakan tak terkendali (dyskinesias), mengurangi tremor, mengurangi kekakuan, dan memperbaiki kelambatan gerakan.

  • Stereotactic Brain Lesion (Palidotomi atau talamotomi)

Teknik ini tidak dilakukan penanaman alat dalam otak pasien. Pada waktu dopamin di otak menurun, maka akan terjadi ketidakstabilan aktifitas dalam otak, ada yang hiperaktif dan hipoaktif. Yang dilakukan pada tindakan ini adalah mengurangi hiperaktifitas yang terjadi, yaitu pada area otak yang bernama talamus atau globus palidus interna. Dengan membuat lubang berdiameter 1.4cm dan memasukkan alat (elektrode) berdiameter 1.1 milimeter menggunakan alat stereotaktik dalam kondisi pasien sadar penuh (full awake), maka area yang hiperaktif tersebut dapat diturunkan hiperaktifnya dan hasil langsung dievaluasi saat operasi, biasanya pasien diminta menulis, menggunakan gelas, sendok, ataupun alat musik seperti gitar, seruling, piano, atau hal lain yang merupakan keluhan pasien bisa dites saat operasi.  Operasi stereotaktik merupakan prosedur minimal invasive dengan mengunakan alat seperti jangka/frame/GPS yang memiliki sistem koordinat tiga dimensi dengan tingkat error kurang dari 1milimeter untuk mencari target yang sangat kecil di dalam otak. Frame di pasang pada kepala dan menentukan koordinat titik untuk menentukan posisi yang akurat dan presisi dengan kombinasi antara CT Scan dan MRI ber-resolusi sangat tinggi. Prosedur ini dilakukan dengan kondisi full awake, yaitu pasien tetap sadar penuh saat dilakukan operasi.

Achmad Fahmi, Sp.BS(K) berpraktik di berbagai rumah sakit besar di Surabaya antaranya:

  • RSUD DR. Soetomo
  • RS National Hospital Surabaya
  • RS PHC Surabaya

Kontak Saya

dr. Achmad Fahmi, Sp.BS

Back to top of page